Jumat, 17 Agustus 2018

KONSEP SEHAT DAN SAKIT


KONSEP SEHAT DAN SAKIT


Kesehatan atau hidup sehat adalah hak setiap orang. Oleh karena itu kesehatan, baik individu, kelompok maupun masyarakat merupakan aset yang harus dijaga, dilindungi bahkan harus ditingkatkan ( Notoatmodjo, 2007; Sudarma, 2009). Menurut Undang – Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hidup sehat merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia walaupun untuk mencapainya mereka telah menempuh berbagai cara berdasar pola pikir mereka yang berwujud dalam konsep , teori dan aplikasi yang berbeda (Jegede, 2002; Ngatimin,2005). Namun demikian dari penelusuran pola perbuatan dan tindakan mereka secara umum dapat dibagi dua kelompok utama yaitu kelompok pertama , kegiatannya berusaha kembali hidup sehat disaat mereka sedang menderita sakit seraya mengandalkan obat dan pengobatan dan kelompok kedua ,kegiatan kelompok berusaha untuk selalu hidup sehat sambil mengandalkan upaya pencegahan ( Ngatimin,2005).
Penyakit adalah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menyebabkan berkurangnya kapasitas. Tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan dinamis antara Agen, Pejamu, dan Lingkungan.
Agen : Berbagai faktor internal-eksternal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau sakit. Agen ini bisa bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, atau psikososial. Jadi Agen ini bisa berupa yang merugikan kesehatan (bakteri, stress) atau yang meningkatkan kesehatan (nutrisi, dll).
Pejamu: Sesorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit/sakit tertentu. Faktor pejamu antara lain: situasi atau kondisi fisik dan psikososoial yang menyebabkan seseorang yang beresiko menjadi sakit. Misalnya: Riwayat keluarga, usia, gaya hidup dll.
Lingkungan: seluruh faktor yang ada diluar pejamu. Lingkungan fisik: tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal, penerangan, kebisingan. Lingkungan sosial: Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, misalnys: stress, konflik, kesulitan ekonomi, krisis hidup.

Pencegahan Penyakit

Pengertian Pencegahan Penyakit secara umum pencegahan atau preventif dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan sebelum peristiwa yang diharapkan (atau diduga) akan terjadi, sehingga peristiwa tadi tidak terjadi atau dapat dihindari’ (to come before or precede, or anticipate, to make imposible by advance provision). Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan dengan menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang telah dibuktikan efektif. (Kleinbaum, et al., 1982; Last, 2001). Pencegahan penyakit ialah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian dengan menggunakan langkahlangkah yang didasarkan pada data/keterangan bersumber hasil analisis/pengamatan/penelitian epidemiologi.

Tindakan pencegahan

Tindakan pencegahan penyakit dibagi menjadi tiga tingkatan sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu:
a.    Pencegahan primer (primary prevention), yang dilakukan dalam fase ‘pre-patogenesis’ sebelum proses itu terjadi
b.    Pencegahan sekunder (secondary prevention), di mana proses penyakit sudah mulai memasuki fase ‘patogenesis’ tapi masih dalam tahap ringan dan belum nyata
c.    Pencegahan tersier (tertiary prevention), di mana dalam fase ‘patogenesis’ tersebut proses penyakit sudah nyata dan berlanjut dan mungkin dalam taraf sudah akan berakhir (sembuh, menahun, kelainan yang menetap atau kematian)

Tahap-tahap Pencegahan

a.    Tahap primary prevention
Tahap ‘pencegahan primer’ diterapkan dalam fase ‘pre-patogenesis’, yaitu pada keadaan di mana proses penyakit belum terjadi atau belum mulai. Dalam fase ini meskipun proses penyakit belum mulai tapi ke 3 faktor utama untuk terjadinya penyakit, yaitu ‘agent’, ‘host’ dan ‘enviroment’ yang membentuk konsep ‘segitiga epidemiologi’ selalu akan berinteraksi yang satu dengan lainnya dan selalu merupakan ancaman potensial untuk sewaktu-waktu mencetuskan terjadinya ‘stimulus’ yang akan memicu untuk mulainya terjadi proses penyakit dan masuk kedalam fase ‘patogenesis’. Tahap ‘pencegahan primer’ terbagi menjadi dua sub-tahap yaitu ‘Healt Promotion’ (pembinaan kesehatan) dan ‘specific Protection’ (perlindungan khusus).
1)      Tahap Healt Promotion
Tujuan utamanya adalah untuk pembinaan atau memajukan (to promote) kesehatan secara umum dan kesejahteraan hidup individu atau kelompok masyarakat. Dengan upaya-upaya ini diharapkan daya tahan secara fisik dan mental dan sosial ditingkatkan dan kita dijauhkan dari segala ancaman ‘stimulus’ yang dapat memicu terjadinya atau mulainya suatu proses penyakit secara umum.
2)      Tahap Specific Protection
Umumnya orang (awam) mengartikannya. Upaya ‘pencegahan’ disini sudah tertuju, tahap ini biasanya dimaksudkan sebagai arti ‘pencegahan’ sebagaimana kepada jenis penyakit atau masalah kesehatan tertentu. Biasanya sasarannya adalah individu atau kelompok masyarakat yang berisiko tinggi (high risk group) terhadap suatu penyakit tertentu. Bentuk kegiatan yang termasuk ‘specific protection’ antara lain:
a) Imunisasi khusus
b) Perlindungan terhadap kecelakaan
c) Hygiene/kebersihan perorangan
d) Pemberian makanan khusus
e) Perlindungan tumbuh kembang anak
f) Perlindungan terhadap karsinogen
g) Sanitasi/kesehatan lingkungan
h) Perlindungan terhadap allergen
i) Perlindungan terhadap penyakit akibat kerja

b.    Tahap secondary prevention
Upaya pencegahan pada tahap ini berbentuk ‘Diagnosis Dini dan Pengobatan Langsung’ (Early Diagnosis & Prompt Treatment). Tahap ini sudah dalam fase ‘patogenesis’ tapi masih pada awal dari proses penyakit yang bersangkutan (dalam masa inkubasi dan mulai terjadi perubahan anatomis dan fungsi faaliah, tapi belum menimbulkan keluhan-keluhan, gejala-gejala atau tanda-tanda yang secara klinis dapat diamati oleh dokter atau penderita sendiri; fase sub-klinis yang masih berada di bawah ‘clinical horizon’.
Tujuan utama pencegahan pada tahap ini adalah : 1) Mencegah tersebarnya penyakit ke orang lain dalam masyarakat, terutama pada penyakit menular 2) Untuk bisa mengobati dan menghentikan berkembangnya penyakit menjadi lebih berat, atau membatasi ‘disability’ dan agar tidak timbul komplikasi, cacat berubah jadi menahun 3) Membatasi atau mengehentikan perjalanan / proses penyakit dalam fase dini.
c.    Tahap tertiary prevention
Tahap ini sudah masuk dalam fase ‘patogenesis’ yang secara klinis penyakitnya sudah nyata dan mungkin sudah lanjut (advanced diseases), atau sebaliknya proses penyakit dari ‘Host’ justru terbalik ke fase penyembuhan (reconvalesence) dan memasuki tahap pemulihan (rehabilitation). Yang termasuk tahap pencegahan tersier adalah ‘disability limitation’ (membatasi ketidakmampuan) dan ‘rehabilitation’ (pemulihan). ‘Disability Limitation’ sebagai tindakan pencegahan lagi karena penyakitnya sudah nyata bahkan mungkin sudah lanjut. Istilah pencegahan di sini mungkin dapat diartikan sebagai tindakan agar penyakit tidak berlanjut dan berkembang menjadi lebih parah, dan bila penyakit tersebut sudah dalam stadium lanjut dan parah, maka tindakan pencegahan dapat diartikan agar tidak menjadi menahun atau berakibat cacat yang menetap, dan akhirnya dapat juga diartikan sebagai tindakan untuk ‘mencegah’ kematian. Tahap rahebilytation merupakan tindakan ‘pencegahan’ tahap akhir ini merupakan tindak lanjut setelah penderita berhasil melalui masa ‘diability’ atau ketidakmampuannya dan masuk dalam proses penyembuhan. Pengertian sembuh di sini juga harus diartikan secara fisik, mental dan social, dan bahkan juga ‘spiritual’.

Proses Penularan Penyakit


Beberapa istilah dalam interaksi penyebab dengan pejamu:
1)   Infektivitas adalah kemampuan unsur penyebab atau agent untuk masuk dan berkembang biak serta menghasilkan infeksi dalam tubuh pejamu.
2)   Patogenesis adalah kemampuan untuk menghasilkan penyakit dengan gejala klinis yang jelas.
3)   Virulensi Virulensi adalah nilai proporsi penderita dengan gejala klinis yang berat terhadap seluruh penderita dengan gejala klinis jelas.
4)   Imunogenisitas adalah suatu kemampuan menghasilkan kekebalan atau imunitas.

Terdapat tiga aspek sifat utama penularan penyakit dari orang ke orang, antara lain:
a.    Waktu generasi (Generation Time) Yaitu masa antara masuknya penyakit pada penjamu tertentu sampai masa kemampuan maksimal penjamu tersebut untuk dapat menularkan penyakit. Perbedaan masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur penyebab sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada penyakit dengan gejala yang terselubung, sedangkan waktu generasi untuk waktu masuknya unsur penyebab penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut untuk menularkan kepada penjamu lain.
b.    Kekebalan kelompok (Herd Immunity) Yaitu kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan/penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu didasarkan pada tingkat kekebalan tubuh suatu anggota kelompok tersebut. Herd Immunity adalah faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit tersebut.
Angka serangan (Attack Rate) Yaitu sejumlah kasus yang berkembang dan muncul dalam satu satuan waktu tertentu di kalangan anggota kelompok yang mengalami kontak serta memiliki risiko/kerentanan terhadap penyakit tersebut. Angka serangan ini bertujuan untuk menganalisis tingkat penularan dan tingkat keterancaman dalam keluarga, di mana tata cara dan konsep keluarga, sistem hubungan keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu dalam kehidupan sehari-hari pada kelompok populasi tertentu merupakan unit epidemiologi tempat penularan penyakit berlangsung.

Pengabdian Kepada Masyarakat : Penyuluhan tentang Stunting di Posyandu di wilayah kerja UPTD Puskesmas Singkil Tahun 2023

 Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat tentang Penyuluhan Stunting Pelayanan posyandu merupakan kegiatan rutin yang dilakukan disetiap Puske...